LEADERSHIP DALAM DAKWAH
“Pengertian Leadership
dan Ciri-Ciri Leadership”
Makalah
Untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah

Disusun oleh:
SITI AISYAH B04209027
Dosen
Pembimbing:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
LEADHERSHIP
DALAM DAKWAH
Pada awalnya, leadhership (kepemimpinan)
diperkirakan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir yang tidak dapat diperoleh
melalui pendidikan, tiap-tiap orang dewasa akan mnenjadi pemimpin dalam
kelompoknya, sehingga fungsi kepemimpinan akan berganti-ganti begitu saja.
Setelah dilakukan study lebih lanjut, maka banyak ahli khususnya psikologi
menyimpulkan bahwa leadhership (kepemimpinan) adalah suatu corak kemampuan
manusia yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Di samping kedua
anggapan tentang anggapan kepemimpinan di atas, terdapat pendapat yang
menggabungkan dua anggapan tersebut (kepemimpinan) diperoleh melalui bakat,
pendidikan, dan latihan.
Untuk memikul beban tugas sedemikian
masing-masingmanusia perlu memiliki kepemimpinan (leadhership) sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam tugas masing-masing. Bagi semua individu tidaklah sama
berat tanggung jawab yang harus dipikulnya, karena adanya perbedaan berat
ringannya tugas serta kemampuan kepemimpinan bagi masing-masing individu. Tuhan
tidak membebani tugas seseorang kecuali menurut kemampuan baginya akan diberi
pahala sesuai dengan yang telah dikerjakan dan dikenakan imbalan siksa menurut
pelanggaranyang telah dilakukan.
Dengan demikian maka kepemimpinan
seseorang benar-benardiperlukan dalam segala usaha, sekurang-kurangnya dalam ke
tujuh lapangan hidup manusia yang meliputi:
1. Lapangan
hidup ekonomi.
2. Lapangan
hidup sosial (kemasyarakatan).
3. Lapangan
hidup seni budaya.
4. Lapangan
hidup ilmu pengetahuan.
5. Lapangan
hidup keluarga (sexualitas).
6. Lapangan
hidup keagamaan.
7. Lapangan
hidup keolahragaan.
Setiap
orang yang memilih masing-masing lapangan hidup terdebut mempunyai tujuan hidup
(taelos) sesuai dengan lapangannya menurut Eduador Spranger. Wataknya pun
ditentukan oleh masing-masing lapangn hidup yang dipilihnya. Dengan demikian
maka bilamana seorang pemimpin ingin menerapkan kepemimipinannya di kalangan
masyarakat ia perlu menyelami dan memahami type watak mereka yang secara
psikologis mempengaruhui taelos (tujuan) hidupnya. Dengan memahami watak dan
taelos tersebut seorang baru dapat menerapkan kepemmimpinannyan yang efektif.
Untuk memahaminya ia perlu melakukan study masyarakat yang akan dipimpin
terlebih dahulu dan study demikian biasanya memakan waktu cukup lama.[1]
Dalam
kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia, yaitu hubungan memengaruhi dan hubungan kepatuhan
ketaatanpara pengikut kepada sang pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan
dari pimpinannya dan dapat membangkitkan secara spontan rasa ketaatan pada
pemimpin. Kepemimpinan terdapat disemua organisasi, di tingkat yang paling
kecil yaitu keluarga, sampai ke tingkat desa, kota, negara, dan dari tingkat
lokal, regional, sampai nasionaldan internasional. Kepemimpinan muncul dan
berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis anara pimpinan dan individu
yang dipimpin.
A. PENGERTIAN
LEADHERSHIP
Dalam hubungan usaha mempelajari
leadership, maka Hubert Bonner menyetujui bahwa kepemimpinan itu dengan
demikian dipandang sebagai hasil dari interaksi antara kepribadian yang bulat
dari pemimpin dengan situasi sosial yang dinamis di mana ia hidup. Jadi dengan
demikian arti leadership tersebut baru dapat diberikan bila telah berfungsi dalam
proses interaksi antara pribadi seorang pemimpin dengan lingkungan sosialnyan
yang bercorak dinamis.
Pendapat lainnya yang dihubungkan dengan
proses manajemen adalah diberikan oleh Howard W. Hoyt, yang mengandung arti
bahwa leadership (kepemimpinan) itu adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, yang merupakan kecakapan mengatur orang lain. Jadi dengan demikian
leadership di sini dipandang sebagai abilitas yaitu sebagai suatu kecakapan
yang diperoleh berkat adanya belajar, sedang sifat dan ciri-cirinya baru nampak
setelah dilaksanakan dalam proses mempengaruhhi orang lain. [2]
Sedangkan menurut Henry Pratt Fairchild
menyimpulkan bahwa “kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat
pada diri seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik
faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern”. [3]
Selain itu, kepemimpinan merupakan
terjemahan dari leadership dan untuk memberikan definisi terhadap kepemimpinan
ini tidaklah mudah. Sebab untuk memberikan pengertian tentang kepemimpinan ini
tergantung dari segi mana kita memandangnya. Ada bebrapa pengertian yang
tergambarkan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan
sebagai suatu fokus dari beberapa proses dalam rangka mencapai tujuan.
2. Kepemimpinan
sebagai kepribadian dengan segala efeknya menggambarkan bahwa seseorang
pimpinan pribadinya menggambarkan pribadi organisasi yang dipimpin.
3. Kepemimpinan
sebagai seni di dalam mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan.
4. Kepemimpinan
sebagai sumber aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan organisasi.
5. Kepemimpinan
sebagai pemrakarsa dan sebagai pencetus inovasi baru, untuk lebih efisien dan
efektifnya mencapai tujuan organisasi.
6. Kepemimpinan
sebagai kumpulan kekuasaan.[4]
Pengertian terang telah banyak
dilontarkan oleh para ahli, umumnya pengertian-pengertian yang diberikan
tersebut dilatar belakangi oleh pendekatan-pendekatan yang mereka lakukan
terhadap leadership.
a. George
R. Terry memberikan definisi kepemimpinan sebagai hubungan indifidu dan suatu
kelompok dengan maksud untuk menyelesaikan beberapa tujuan.
b. Odway
Tead berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memerangi orang-orang
untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
c. John
Ptiffner menganggap kepemimipinan adalah suatu seni dalam mengoordinasikan dan
mengarahkanindividu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas
memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan.
Adanya
satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah
pencapaian sasaran tertentu.
Hubungan antara pemimpin dan mereka yang
dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya
antar hubungan. Bahwa seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompoknya,
jelas karena apabila ia tidak mampu melakukannya maka berarti bahan ini ia
tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang baik.[5]
Pemimpin
merupakan kekuatan utama di balik suksesnya organisasi, dan bahwa untuk
menciptakan organisasi yang vital dan langgeng diperlukan kepemimpinan untuk
menolong organisasi untuk menemukan visi baru tentang apa yang akan terjadi
serta memobilisasikan organisasi ke arah vvisi tersebut.[6]
Dari beberapa perumusan yang berbeda
tersebut, terlihat bahwa dalam suatu kepemimpinan terdapat tiga unsur:
1. Unsur
manusia sebagai pemimpin atau sebagai yang dipimpin.
2. Unsur
sarana merupakan semacam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam
pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan yang dimiliki.
3. Unsur
tujuannyang merupakan sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan
digerakkan.[7]
Sedangkan kepemimpin menurut Islam
memiliki prinsip-prinsip:
1. Seorang
pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2. Seorang
pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas
melalui bentuk amal saleh.
3. Seorang
pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki
kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4. Seorang
pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi (emotinal stability), sehingga tidak
mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.[8]
B. CIRI-CIRI
LEADHERSHIP
Pada umumnya pemimpin mempunyai peranan
yang aktif dalam segala macam masalah yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan anggota kelompoknya. Seorang pemimpin harus mengusahakan
supaya kelompok yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuan kelompok dalam
kerja sama yang produktif, karena walau anggota kelompok mempunyai yang sama
mereka sering memiliki pandangan yang berbeda mengenai pandangan kelompok dan
tugas masing-masing. Maka seorang pemimpin harus mengintegrasikan pandangan
anggota kelompok yang menyeluruh mengenai situasi dalam kelompok dan luar
kelompok. Pandangan tersebut hendaknya dapat diterima oleh semua anggota kelompok
yang bersangkutan.
Floyd Ruch merumuskan tugas-tugas
pemimpin sebagai berikut:
a.
Structuring the
situation.
Tugas seorang pemimpin adalah memberikan
struktur yang jelas tentang situasi-situasi yang rumityang dihadapi oleh
kelompoknya (Structuring the situation). Dalam pekerjaan structuring the
situation ini pemimpin menandaskan segi-segi tertentu dan melalaikan segi-segi
lain dalam situasi-situasi itu.pemimpin harus dapat membedakan yang terpenting
dan yang kurang penting serta memusatkan p[erhatian anggota kelompoknya kepada
tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh kelompok tersebut dalam situasi rumit
sekalipun demi kepentingan seluruh anggota kelompok. Pemimpin harus sensitif,
dapat merasakan kebutuhan kelompok, dapat menilainya, serta membimbing anggota
kelompok satu persatu ke arah yang ingin dicapai anggota kelompok sebagai
keseluruhan. Pemimpin harus berusaha agar anggota kelompoknya dapat mencapai
tujuan individual dalam kelompok dan menggabungkan tujuan individu tersebut
dengan tujuan kelompok. Selanjutnya seorang pemimpin harus mengatasi perasaan
tidak aman dalam kelompok yang mungkin timbul apabila kegiatan dimasa depan belum jelas, tugas pemimpin juga
mengurangi perasaan tidak aman dengan memberi kepastian dalam situasi yang
menimbulkan keragu-raguan.
b.
Controling
group-behavior.
Tugas kedua dari seorang pemimpin adalah
mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok (controling group-behavior).
Ia harus dapat mengawasi tingkah laku individual yang tidak selaras dan
menyeleweng. Seorang pemimpin dituntut membuat peraturan yang dapat menyalurkan
aktivitas anggota kelompok sehingga selaras dengan peraturan anggota kelompok. Dengan
menggunakan ssanksi, kecaman, dan tindakan yang tegas pemimpin dapat
menyalurkan penyelewengan ke arah yang seharusnya. Dalam mengawasi kegiatan
kelompok ia harus berjaga-jaga agar peraturan kelompok jangan disalah gunakan
oleh individu dan ia harus berjaga-jaga agar individu jangan disalah gunakan
kelompok.
c.
Spokesman of the group.
Pemimpin harus menjadi juru bicara (spokesman)
kelompoknya. Dalam hal itu seorang pemimpin harus dapat merasakan dan
menerangkan kebutuhan kelompok ke dunia luarnya baik mengenai sikap,
pengharapan, tujuan, dan kekhawatiran- kekhawatiran kelompok. Untuk dapat
menjadi juru bicara kelompok ia harus dapat menafsirkan sendiri di mana letak
kebutuhan kelompok secara tepat.
Tugas pemimpin tersebut memerlukan
kecakapan dan sifat tertentu ynag harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Kecakapan dan sifat yang harus dimiliki pemimpin dalam semua kelompok tidak
bisa dirumuskan secara terperinci, hal ini disebabkan karena sifat pimpinan
yang menyebabkan ia dipilih sebagai pemimpin oleh suatu kelompok sangat
berhubungan erat dengan tujuan kelompok, jenis-jenis kegiatan yang harus
dipimpin, ciri-ciri anggota kelompok, dan kondisi yang terdapat di sekitar
anggopta kelompok. Walaupun demikian, terdapat sifat(kecakapan) yang hendak
dimiliki pimpinan secara umum. Menurut pendapat Ralph M. Stogdill, seorang
pemimpin harus memiliki bebrapa kelebihan:
a. Kapasitas,
seperti kecerdasan, kewaspadaan kemampuan berbicara atau verbal facility,
kemampuan menilai.
b. Prestasi,
seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olahraga, dan
lain-lain.
c. Tanggung
jawab, seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan
punya hasrat untuk unggul.
d. Partisipasi,
seperti aktif, memiliki sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul, suka bekerja
sama, mudah menyesuaikan diri, dan punya rasa humor.
e. Status
yang meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.
Sedangkan menurut Robert B. Myers,
yaitu:
a. Sifat9sifat
jasmaniyah manusia tidak ada hubungannya dengan leadership.
b. Walaupun
pemimpin cenderung untuk lebih tinggi dalam kecerdasan dari pada orang yang
dipimpinnya, akan tetapi tidak ada hubungan yang berarti antara kelebihan
kecerdasan tersebut dengan soal kepemimpinan itu.
c. Pengetahuan
yang dimanfaatkan untuk memecahkan problem yang dihadapi kelompok yang dipimpin
merupakan bantuan yang sangat berarti pada status kepemimpinan.
d. Ciri
dan watak yang mempunyai korelasi dengan kepemimpinan adalah kemampuan melihat
problem yang dihadapi, inisiatif, kerja sama, ambisi, ketekunan, emosi yang
stabil, popularitas, dan kemampuan berkomunikasi.
Kaun dinamika kelompok berpendapat,
bahwa terdapat ciri-ciri yang harus dimiliki pemimpin secara umum:
1. Persepsi
sosial (social perception).
Yang
dimaksud dengan persepsi sosial adalah kecakapan untuk cepat melihat dan
memahami perasaan, sikap, kebutuhan anggota kelompok. Persepsi sosial
diperlukan untuk melaksanakan tugas pemimpin sebagai penyambung lidah anggota
kelompoknya dan memberikan patokan yang menyeluruh tentang keadaan di dalam
maupun di luar kelompok.
2. Kemapuan
berpikir abstrak (ability in abstract thinking).
Kemampuan
berpikir abstrak diperlukan dalam menafsirkan kecenderungan kegiatan di dalam
kelompok dan keadaan di luar kelompok dalam hubungannya dengan realisasi
tujuan-tujuan keloompok. Untuk itu diperlukan ketajaman penglihatan dan
kemampuan analitis yang didampingi oleh kemampuan mengabstraki dan mengintregasikan
fakta-fakta interaksi sosial di dalam maupun di luar kelompok. Kemampuan
tersebut memrlukan adanya taraf inteligensia yang tinggi pada seorang pemimpin.
3. Kestabialn
emosi(emotional stability).
Pada
dasarnya harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan pada
kesadaran yang mendalam tentang kebutuhan, keinginan, cita-cita sereta
pengintegrasian semua itu ke dalam kepribadian yang bulat dan harmonis.
Kematangan emosi diperlukan untuk dapat merasakan keinginan dan cita-cita anggota
kelompok secara nyata dan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan
yang lain secara wajar.
Selain melakukan penelitian melalui
pendekatan sifat dan ciri kepribadian, para ahli juga mengadakan penelitian
melalui pendekatan-pendekatan sebagai berukut:
1. Pendekatan
dari sudut pembawaan.
Berdasarkan
pendekatan di atas, Gordon Lippit mengemukakan nsebagai berikut, “pemimpin itu
adalah orang besar yang dilahirkan dan pembuat sejarah”. Dengan kata lain,
kepemimpinan tidak bisa dibentuk melalui pendidikan dan latihan karena
merupakan sifat dan watak bawaan.
2. Pendekatan
berdasarkan pada keadaan.
Pendekatan
ini menggunakan hipotesis bahwa tingkah laku seorang pemimpin dalam suatu
keadaan akan berbeda bila ia berada dalam keadaan lain. Melalui pendekatan ini
dapat dapat disimpulkan bahwa diperlukan flesibelitas dalam memilih pemimpin
demikian juga kepekaannya dan pendidikannya.
3. Pendekatan
berdasarkan peranan fungsional.
Pendekatan
ini menyatakan bahwa kepemimpinan itu terjadi bila berbagai macam tugas
pekerjaan dapat dilaksanakan dan dipelihara dengan baik, serta fungsi atau
tugas tersebut dapat pula dilaksanakan oleh si terpimpin dengan jalan kerja
sama.
4. Pendekatanbersdasarkan
gaya kepemimpinan.
Menurut
pendekatan ini, kepemimpinan dapat dibedakan menjadi:
a. Gaya
authoritarian.
Pemimpin
menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter. Dialah yang memastikan apa
yang dilakukan kelompok, anggota kelompok tidak diajak untuk turut memnentukan
langkah atau perencanaan kegiatan kelompok. Sikap pemimpin otoriter tidak
berinteraksi denngan anggota kelompoknya. Ia hanya saling berhubungan ketika
memberikan instruksi mengenai langkah kegiatan yang akan dilakukan
kelompok.
b. Gaya
demokratis.
Pemimpin
dalam gaya demokratis mengajak anggota kelompok nuntuk menentukan bersama
tujuan kelompok serta perencanaan dengan musyawarah dan mufakat. Pemimpin
memberikan saran, penghargaan, dan kritik secara objektif dan positif. Dengan
demikian, pemimpinan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
c. Gaya
bebas.
Pemimpin
menjalankan peranan yang pasif, ia menyerahkan segla penentuan utjuan dan
kegiatan kelompok kepada anggota kelompok. Ia tidak mengambil inisiatif apapun
dalam kegiatan kelompok, berada di tengah-tengah kelompok tapi tidak
berinteraksi dengan mereka.
Sebagai pemimpin, da’i minimal harus
memiliki tiga ciri:
1. Memiliki
kecakapan minimal yang diperlukan untuk tekhnis kepemimpinan khasnya.
2. Memiliki
yang secara umum (kecakapan itu) dimiliki orang lain yang bukan pemimpin.
3. Memiliki
kecapan sampai pada tingkatan tertentu dalam hal-hal yang berhubungan dengan
bidang kepemimpinannya.[9]
C. KESIMPULAN
Berbagai pengertian tentang leadership:
1.
George R. Terry
memberikan definisi kepemimpinan sebagai hubungan indifidu dan suatu kelompok
dengan maksud untuk menyelesaikan beberapa tujuan.
2. Odway
Tead berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memerangi orang-orang
untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
3. John
Ptiffner menganggap kepemimipinan adalah suatu seni dalam mengoordinasikan dan
mengarahkanindividu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Sedangkan kepemimpin menurut Islam
memiliki prinsip-prinsip:
1. Seorang
pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2. Seorang
pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas
melalui bentuk amal saleh.
3. Seorang
pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki
kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4. Seorang
pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi (emotinal stability), sehingga tidak mudah
terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas
memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan.
Adanya
satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah
pencapaian sasaran tertentu.
Dari berbagai research yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam leadership itu minimal diketemukan ciri
dan corak sebagai berikut:
1. Adanya
kecakapan minimal yang diperlukan bagi semua pemimpin.
2. Kecakapan
tersebut juga secara luas dimiliki oleh orang-orang yang bukan pemimpin.
3. Ciri-ciri
dan tingkah laku kepemimpinan yang dapat efektif dalam suatu kelompok atau
situasi yang lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anogara,
Pandji. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1992.
Arifin, M. Psikologi
Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. 1993.
Bennis, Warren dan Burt Nanus. Kepemimpinan
Strategi Dalam Mengemban Tanggung Jawab. Jakarta: Erlangga. 1990.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. Psikologi
Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2006.
Mubarok,
Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002.
Tasmara,
Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1997.
Winardi. Kepemimpinan Dalam
Manajemen. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1990.
[1] H.M Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta:
Bumi Aksara, 1993, halaman 85-86.
[2]ibid, halaman 88.
[3] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT. Rineka
Apta, 1990, halaman 47.
[4] Pandji Anogara, Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rineka
Apta, 1992, halaman 5-6.
[5] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT>Rineka
Cipta, 1990, halaman 57.
[6] Warren Bennis dan Burt Nanus, Kepemimpinan Strategi Dalam Mengemban
Tanggung Jawab, Jakarta: Erlangga, 1990, halaman 2.
[7] Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta:Prenada
Media, 2006, halaman 162.
[8] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997, halaman 104.
[9] Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2002, halaman 202.