budhihadisyahputra.blogspot.com

Senin, 21 Mei 2012

tugas psikologi dakwah


LEADERSHIP DALAM DAKWAH
“Pengertian Leadership dan Ciri-Ciri Leadership”
Makalah
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“PSIKOLOGI DAKWAH”






Disusun oleh:
SITI AISYAH           B04209027


Dosen Pembimbing:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I


JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012       
LEADHERSHIP DALAM DAKWAH
Pada awalnya, leadhership (kepemimpinan) diperkirakan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir yang tidak dapat diperoleh melalui pendidikan, tiap-tiap orang dewasa akan mnenjadi pemimpin dalam kelompoknya, sehingga fungsi kepemimpinan akan berganti-ganti begitu saja. Setelah dilakukan study lebih lanjut, maka banyak ahli khususnya psikologi menyimpulkan bahwa leadhership (kepemimpinan) adalah suatu corak kemampuan manusia yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Di samping kedua anggapan tentang anggapan kepemimpinan di atas, terdapat pendapat yang menggabungkan dua anggapan tersebut (kepemimpinan) diperoleh melalui bakat, pendidikan, dan latihan.
Untuk memikul beban tugas sedemikian masing-masingmanusia perlu memiliki kepemimpinan (leadhership) sesuai dengan yang dibutuhkan dalam tugas masing-masing. Bagi semua individu tidaklah sama berat tanggung jawab yang harus dipikulnya, karena adanya perbedaan berat ringannya tugas serta kemampuan kepemimpinan bagi masing-masing individu. Tuhan tidak membebani tugas seseorang kecuali menurut kemampuan baginya akan diberi pahala sesuai dengan yang telah dikerjakan dan dikenakan imbalan siksa menurut pelanggaranyang telah dilakukan.
Dengan demikian maka kepemimpinan seseorang benar-benardiperlukan dalam segala usaha, sekurang-kurangnya dalam ke tujuh lapangan hidup manusia yang meliputi:
1.      Lapangan hidup ekonomi.
2.      Lapangan hidup sosial (kemasyarakatan).
3.      Lapangan hidup seni budaya.
4.      Lapangan hidup ilmu pengetahuan.
5.      Lapangan hidup keluarga (sexualitas).
6.      Lapangan hidup keagamaan.
7.      Lapangan hidup keolahragaan.
Setiap orang yang memilih masing-masing lapangan hidup terdebut mempunyai tujuan hidup (taelos) sesuai dengan lapangannya menurut Eduador Spranger. Wataknya pun ditentukan oleh masing-masing lapangn hidup yang dipilihnya. Dengan demikian maka bilamana seorang pemimpin ingin menerapkan kepemimipinannya di kalangan masyarakat ia perlu menyelami dan memahami type watak mereka yang secara psikologis mempengaruhui taelos (tujuan) hidupnya. Dengan memahami watak dan taelos tersebut seorang baru dapat menerapkan kepemmimpinannyan yang efektif. Untuk memahaminya ia perlu melakukan study masyarakat yang akan dipimpin terlebih dahulu dan study demikian biasanya memakan waktu cukup lama.[1]
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia, yaitu  hubungan memengaruhi dan hubungan kepatuhan ketaatanpara pengikut kepada sang pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pimpinannya dan dapat membangkitkan secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin. Kepemimpinan terdapat disemua organisasi, di tingkat yang paling kecil yaitu keluarga, sampai ke tingkat desa, kota, negara, dan dari tingkat lokal, regional, sampai nasionaldan internasional. Kepemimpinan muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis anara pimpinan dan individu yang dipimpin.

A.    PENGERTIAN LEADHERSHIP
Dalam hubungan usaha mempelajari leadership, maka Hubert Bonner menyetujui bahwa kepemimpinan itu dengan demikian dipandang sebagai hasil dari interaksi antara kepribadian yang bulat dari pemimpin dengan situasi sosial yang dinamis di mana ia hidup. Jadi dengan demikian arti leadership tersebut baru dapat diberikan bila telah berfungsi dalam proses interaksi antara pribadi seorang pemimpin dengan lingkungan sosialnyan yang bercorak dinamis.
Pendapat lainnya yang dihubungkan dengan proses manajemen adalah diberikan oleh Howard W. Hoyt, yang mengandung arti bahwa leadership (kepemimpinan) itu adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, yang merupakan kecakapan mengatur orang lain. Jadi dengan demikian leadership di sini dipandang sebagai abilitas yaitu sebagai suatu kecakapan yang diperoleh berkat adanya belajar, sedang sifat dan ciri-cirinya baru nampak setelah dilaksanakan dalam proses mempengaruhhi orang lain. [2]
Sedangkan menurut Henry Pratt Fairchild menyimpulkan bahwa “kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern”. [3]
Selain itu, kepemimpinan merupakan terjemahan dari leadership dan untuk memberikan definisi terhadap kepemimpinan ini tidaklah mudah. Sebab untuk memberikan pengertian tentang kepemimpinan ini tergantung dari segi mana kita memandangnya. Ada bebrapa pengertian yang tergambarkan sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan sebagai suatu fokus dari beberapa proses dalam rangka mencapai tujuan.
2.      Kepemimpinan sebagai kepribadian dengan segala efeknya menggambarkan bahwa seseorang pimpinan pribadinya menggambarkan pribadi organisasi yang dipimpin.
3.      Kepemimpinan sebagai seni di dalam mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan.
4.      Kepemimpinan sebagai sumber aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan organisasi.
5.      Kepemimpinan sebagai pemrakarsa dan sebagai pencetus inovasi baru, untuk lebih efisien dan efektifnya mencapai tujuan organisasi.
6.      Kepemimpinan sebagai kumpulan kekuasaan.[4]
Pengertian terang telah banyak dilontarkan oleh para ahli, umumnya pengertian-pengertian yang diberikan tersebut dilatar belakangi oleh pendekatan-pendekatan yang mereka lakukan terhadap leadership.
a.       George R. Terry memberikan definisi kepemimpinan sebagai hubungan indifidu dan suatu kelompok dengan maksud untuk menyelesaikan beberapa tujuan.
b.      Odway Tead berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memerangi orang-orang untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
c.       John Ptiffner menganggap kepemimipinan adalah suatu seni dalam mengoordinasikan dan mengarahkanindividu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.


Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan.
Adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian sasaran tertentu.
Hubungan antara pemimpin dan mereka yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya antar hubungan. Bahwa seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompoknya, jelas karena apabila ia tidak mampu melakukannya maka berarti bahan ini ia tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang baik.[5]
 Pemimpin merupakan kekuatan utama di balik suksesnya organisasi, dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang vital dan langgeng diperlukan kepemimpinan untuk menolong organisasi untuk menemukan visi baru tentang apa yang akan terjadi serta memobilisasikan organisasi ke arah vvisi tersebut.[6]
Dari beberapa perumusan yang berbeda tersebut, terlihat bahwa dalam suatu kepemimpinan terdapat tiga unsur:
1.      Unsur manusia sebagai pemimpin atau sebagai yang dipimpin.
2.      Unsur sarana merupakan semacam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan yang dimiliki.
3.      Unsur tujuannyang merupakan sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan digerakkan.[7]
Sedangkan kepemimpin menurut Islam memiliki prinsip-prinsip:
1.      Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2.      Seorang pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas melalui bentuk amal saleh.
3.      Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4.      Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi (emotinal stability), sehingga tidak mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.[8]

B.     CIRI-CIRI LEADHERSHIP
Pada umumnya pemimpin mempunyai peranan yang aktif dalam segala macam masalah yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan anggota kelompoknya. Seorang pemimpin harus mengusahakan supaya kelompok yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuan kelompok dalam kerja sama yang produktif, karena walau anggota kelompok mempunyai yang sama mereka sering memiliki pandangan yang berbeda mengenai pandangan kelompok dan tugas masing-masing. Maka seorang pemimpin harus mengintegrasikan pandangan anggota kelompok yang menyeluruh mengenai situasi dalam kelompok dan luar kelompok. Pandangan tersebut hendaknya dapat diterima oleh semua anggota kelompok yang bersangkutan.
Floyd Ruch merumuskan tugas-tugas pemimpin sebagai berikut:
a.      Structuring the situation.
Tugas seorang pemimpin adalah memberikan struktur yang jelas tentang situasi-situasi yang rumityang dihadapi oleh kelompoknya (Structuring the situation). Dalam pekerjaan structuring the situation ini pemimpin menandaskan segi-segi tertentu dan melalaikan segi-segi lain dalam situasi-situasi itu.pemimpin harus dapat membedakan yang terpenting dan yang kurang penting serta memusatkan p[erhatian anggota kelompoknya kepada tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh kelompok tersebut dalam situasi rumit sekalipun demi kepentingan seluruh anggota kelompok. Pemimpin harus sensitif, dapat merasakan kebutuhan kelompok, dapat menilainya, serta membimbing anggota kelompok satu persatu ke arah yang ingin dicapai anggota kelompok sebagai keseluruhan. Pemimpin harus berusaha agar anggota kelompoknya dapat mencapai tujuan individual dalam kelompok dan menggabungkan tujuan individu tersebut dengan tujuan kelompok. Selanjutnya seorang pemimpin harus mengatasi perasaan tidak aman dalam kelompok yang mungkin timbul apabila kegiatan dimasa  depan belum jelas, tugas pemimpin juga mengurangi perasaan tidak aman dengan memberi kepastian dalam situasi yang menimbulkan keragu-raguan.
b.      Controling group-behavior.
Tugas kedua dari seorang pemimpin adalah mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok (controling group-behavior). Ia harus dapat mengawasi tingkah laku individual yang tidak selaras dan menyeleweng. Seorang pemimpin dituntut membuat peraturan yang dapat menyalurkan aktivitas anggota kelompok sehingga selaras dengan peraturan anggota kelompok. Dengan menggunakan ssanksi, kecaman, dan tindakan yang tegas pemimpin dapat menyalurkan penyelewengan ke arah yang seharusnya. Dalam mengawasi kegiatan kelompok ia harus berjaga-jaga agar peraturan kelompok jangan disalah gunakan oleh individu dan ia harus berjaga-jaga agar individu jangan disalah gunakan kelompok.
c.       Spokesman of the group.
Pemimpin harus menjadi juru bicara (spokesman) kelompoknya. Dalam hal itu seorang pemimpin harus dapat merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok ke dunia luarnya baik mengenai sikap, pengharapan, tujuan, dan kekhawatiran- kekhawatiran kelompok. Untuk dapat menjadi juru bicara kelompok ia harus dapat menafsirkan sendiri di mana letak kebutuhan kelompok secara tepat.
Tugas pemimpin tersebut memerlukan kecakapan dan sifat tertentu ynag harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kecakapan dan sifat yang harus dimiliki pemimpin dalam semua kelompok tidak bisa dirumuskan secara terperinci, hal ini disebabkan karena sifat pimpinan yang menyebabkan ia dipilih sebagai pemimpin oleh suatu kelompok sangat berhubungan erat dengan tujuan kelompok, jenis-jenis kegiatan yang harus dipimpin, ciri-ciri anggota kelompok, dan kondisi yang terdapat di sekitar anggopta kelompok. Walaupun demikian, terdapat sifat(kecakapan) yang hendak dimiliki pimpinan secara umum. Menurut pendapat Ralph M. Stogdill, seorang pemimpin harus memiliki bebrapa kelebihan:
a.       Kapasitas, seperti kecerdasan, kewaspadaan kemampuan berbicara atau verbal facility, kemampuan menilai.
b.      Prestasi, seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olahraga, dan lain-lain.
c.       Tanggung jawab, seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
d.      Partisipasi, seperti aktif, memiliki sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul, suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, dan punya rasa humor.
e.       Status yang meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.
Sedangkan menurut Robert B. Myers, yaitu:
a.       Sifat9sifat jasmaniyah manusia tidak ada hubungannya dengan leadership.
b.      Walaupun pemimpin cenderung untuk lebih tinggi dalam kecerdasan dari pada orang yang dipimpinnya, akan tetapi tidak ada hubungan yang berarti antara kelebihan kecerdasan tersebut dengan soal kepemimpinan itu.
c.       Pengetahuan yang dimanfaatkan untuk memecahkan problem yang dihadapi kelompok yang dipimpin merupakan bantuan yang sangat berarti pada status kepemimpinan.
d.      Ciri dan watak yang mempunyai korelasi dengan kepemimpinan adalah kemampuan melihat problem yang dihadapi, inisiatif, kerja sama, ambisi, ketekunan, emosi yang stabil, popularitas, dan kemampuan berkomunikasi.
Kaun dinamika kelompok berpendapat, bahwa terdapat ciri-ciri yang harus dimiliki pemimpin secara umum:
1.      Persepsi sosial (social perception).
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah kecakapan untuk cepat melihat dan memahami perasaan, sikap, kebutuhan anggota kelompok. Persepsi sosial diperlukan untuk melaksanakan tugas pemimpin sebagai penyambung lidah anggota kelompoknya dan memberikan patokan yang menyeluruh tentang keadaan di dalam maupun di luar kelompok.
2.      Kemapuan berpikir abstrak (ability in abstract thinking).
Kemampuan berpikir abstrak diperlukan dalam menafsirkan kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan di luar kelompok dalam hubungannya dengan realisasi tujuan-tujuan keloompok. Untuk itu diperlukan ketajaman penglihatan dan kemampuan analitis yang didampingi oleh kemampuan mengabstraki dan mengintregasikan fakta-fakta interaksi sosial di dalam maupun di luar kelompok. Kemampuan tersebut memrlukan adanya taraf inteligensia yang tinggi pada seorang pemimpin.
3.      Kestabialn emosi(emotional stability).
Pada dasarnya harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan pada kesadaran yang mendalam tentang kebutuhan, keinginan, cita-cita sereta pengintegrasian semua itu ke dalam kepribadian yang bulat dan harmonis. Kematangan emosi diperlukan untuk dapat merasakan keinginan dan cita-cita anggota kelompok secara nyata dan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan yang lain secara wajar.
Selain melakukan penelitian melalui pendekatan sifat dan ciri kepribadian, para ahli juga mengadakan penelitian melalui pendekatan-pendekatan sebagai berukut:
1.      Pendekatan dari sudut pembawaan.
Berdasarkan pendekatan di atas, Gordon Lippit mengemukakan nsebagai berikut, “pemimpin itu adalah orang besar yang dilahirkan dan pembuat sejarah”. Dengan kata lain, kepemimpinan tidak bisa dibentuk melalui pendidikan dan latihan karena merupakan sifat dan watak bawaan.
2.      Pendekatan berdasarkan pada keadaan.
Pendekatan ini menggunakan hipotesis bahwa tingkah laku seorang pemimpin dalam suatu keadaan akan berbeda bila ia berada dalam keadaan lain. Melalui pendekatan ini dapat dapat disimpulkan bahwa diperlukan flesibelitas dalam memilih pemimpin demikian juga kepekaannya dan pendidikannya.
3.      Pendekatan berdasarkan peranan fungsional.
Pendekatan ini menyatakan bahwa kepemimpinan itu terjadi bila berbagai macam tugas pekerjaan dapat dilaksanakan dan dipelihara dengan baik, serta fungsi atau tugas tersebut dapat pula dilaksanakan oleh si terpimpin dengan jalan kerja sama.
4.      Pendekatanbersdasarkan gaya kepemimpinan.
Menurut pendekatan ini, kepemimpinan dapat dibedakan menjadi:
a.       Gaya authoritarian.
Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter. Dialah yang memastikan apa yang dilakukan kelompok, anggota kelompok tidak diajak untuk turut memnentukan langkah atau perencanaan kegiatan kelompok. Sikap pemimpin otoriter tidak berinteraksi denngan anggota kelompoknya. Ia hanya saling berhubungan ketika memberikan instruksi mengenai langkah kegiatan yang akan dilakukan kelompok. 
b.      Gaya demokratis.
Pemimpin dalam gaya demokratis mengajak anggota kelompok nuntuk menentukan bersama tujuan kelompok serta perencanaan dengan musyawarah dan mufakat. Pemimpin memberikan saran, penghargaan, dan kritik secara objektif dan positif. Dengan demikian, pemimpinan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
c.       Gaya bebas.
Pemimpin menjalankan peranan yang pasif, ia menyerahkan segla penentuan utjuan dan kegiatan kelompok kepada anggota kelompok. Ia tidak mengambil inisiatif apapun dalam kegiatan kelompok, berada di tengah-tengah kelompok tapi tidak berinteraksi dengan mereka.
Sebagai pemimpin, da’i minimal harus memiliki tiga ciri:
1.      Memiliki kecakapan minimal yang diperlukan untuk tekhnis kepemimpinan khasnya.
2.      Memiliki yang secara umum (kecakapan itu) dimiliki orang lain yang bukan pemimpin.
3.      Memiliki kecapan sampai pada tingkatan tertentu dalam hal-hal yang berhubungan dengan bidang kepemimpinannya.[9]

















C.    KESIMPULAN

Berbagai pengertian tentang leadership:
1.      George R. Terry memberikan definisi kepemimpinan sebagai hubungan indifidu dan suatu kelompok dengan maksud untuk menyelesaikan beberapa tujuan.
2.      Odway Tead berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memerangi orang-orang untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
3.      John Ptiffner menganggap kepemimipinan adalah suatu seni dalam mengoordinasikan dan mengarahkanindividu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Sedangkan kepemimpin menurut Islam memiliki prinsip-prinsip:
1.      Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2.      Seorang pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas melalui bentuk amal saleh.
3.      Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4.      Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi (emotinal stability), sehingga tidak mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan.
Adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian sasaran tertentu.
Dari berbagai research yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam leadership itu minimal diketemukan ciri dan corak sebagai berikut:
1.      Adanya kecakapan minimal yang diperlukan bagi semua pemimpin.
2.      Kecakapan tersebut juga secara luas dimiliki oleh orang-orang yang bukan pemimpin.
3.      Ciri-ciri dan tingkah laku kepemimpinan yang dapat efektif dalam suatu kelompok atau situasi yang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Anogara, Pandji. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1992.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. 1993.
Bennis, Warren dan Burt Nanus. Kepemimpinan Strategi Dalam Mengemban Tanggung Jawab. Jakarta: Erlangga. 1990.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2006.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1997.
Winardi. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1990.


[1] H.M Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, halaman 85-86.
[2]ibid, halaman 88.
[3] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT. Rineka Apta, 1990, halaman 47.
[4] Pandji Anogara, Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rineka Apta, 1992, halaman 5-6.
[5] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT>Rineka Cipta, 1990, halaman 57.
[6] Warren Bennis dan Burt Nanus, Kepemimpinan Strategi Dalam Mengemban Tanggung Jawab, Jakarta: Erlangga, 1990, halaman 2.
[7] Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta:Prenada Media, 2006, halaman 162.
[8] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, halaman 104.
[9] Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, halaman 202.